Peralatan makan porselen imitasi yang mematikan terekspos

2024-06-05

Dalam beberapa tahun terakhir, mangkuk porselen imitasi telah menjadi pilihan pertama bagi banyak keluarga, terutama yang memiliki anak-anak, karena warnanya yang berwarna-warni, bentuknya yang kaya, kilapnya yang tinggi, dan ketahanannya yang relatif kuat terhadap pecah. Tidak mudah pecah pada anak saat digunakan, yang tentunya sangat mengurangi risiko kecelakaan dapur bagi orang tua. Namun, demi mengejar keuntungan ekonomi, beberapa konsumen sering kali memilih mangkuk porselen imitasi dengan harga yang sangat murah dari penjual di pasar, seperti mangkuk yang masing-masing dihargai 3 yuan atau 5 yuan. Dan pilihan seperti itu mungkin membawa bahaya tersembunyi bagi kesehatan keluarga mereka.

Mari kita pahami bagaimana mangkuk melamin diproduksi. Bahan baku utamanya adalah melamin, juga dikenal sebagai resin melamin formaldehida. Plastik termoset ini sebagian besar terbuat dari melamin dan formaldehida. Mengenai melamin, ini merupakan senyawa yang pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun 1834. Dalam proses pembuatannya, kalsium sianamida dibuat dari kalsium karbida, yang kemudian dihidrolisis dan dimerisasi menjadi disiandiamida, yang selanjutnya dipanaskan dan diurai untuk menghasilkan melamin.

Ketika melamin bereaksi dengan formaldehida, polimer dengan struktur linier dan tingkat polimerisasi rendah pertama kali terbentuk, dan kemudian polimerisasi kondensasi berlanjut dalam kondisi pemanasan untuk membentuk resin melamin-formaldehida dengan struktur jaringan. Resin ini sendiri memiliki banyak sifat fisik dan kimia yang sangat baik, seperti ketahanan benturan, ketahanan korosi, kemampuan menahan suhu tinggi (sampai +120 derajat) dan suhu rendah, struktur padat dan pewarnaan mudah. Hal ini membuatnya banyak digunakan di berbagai bidang industri.

Namun, dalam produksi sebenarnya, produsen memilih bahan baku resin melamin formaldehida yang berbeda, seperti A1, A3, A5, A8, dll., untuk memenuhi kebutuhan penggunaan yang berbeda. Diantaranya, A1 dan A3 terutama digunakan dalam industri, sedangkan A5 dan A8 digunakan dalam aplikasi food grade.

Bahan A1, karena bahan utamanya mengandung banyak bahan tambahan dan pati, tidak hanya beracun tetapi juga tidak stabil pada suhu tinggi. Penampilannya juga relatif kasar dan rentan terhadap deformasi dan pudar. Meskipun material A3 mirip dengan A5, namun juga memiliki masalah perubahan warna, deformasi dan ketahanan korosi saat digunakan.

Sebaliknya, A5 dan A8 adalah bahan-bahan yang diakui oleh negara aman untuk keperluan katering. A5 adalah resin melamin formaldehida murni, tidak beracun dan tahan suhu tinggi, sedangkan A8 terutama terbuat dari bubuk mineral alami dan lebih ramah lingkungan.

Namun yang menjadi permasalahan adalah bahkan untuk mangkuk melamin yang terbuat dari A5 dan A8, jika proses produksinya tidak dikontrol dengan baik, seperti bahan baku yang tercampur, penggunaan pewarna yang tidak tepat, atau bahan-bahan lain yang tidak bersertifikat yang ditambahkan selama proses pembuatan, dapat menyebabkan Kontaminasi. makanan dengan peralatan makan.

Ada juga beberapa peralatan makan melamin di pasaran dengan warna cerah dan corak yang kaya. Meski berpenampilan sangat menarik, konsumen patut waspada. Pasalnya, peralatan makan berwarna cerah tersebut mungkin menggunakan pewarna kimia berbahaya. Khususnya, beberapa peralatan makan berwarna merah, biru, dan hijau sering kali perlu menambahkan sejumlah besar logam berat seperti kromium, seng, dan tembaga selama proses produksi. Logam berat yang terakumulasi dalam tubuh manusia dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan berbagai penyakit.

Untuk peralatan makan melamin yang dibeli, jika ditemukan kelainan pada saat penggunaan, seperti bau yang menyengat, peralatan makan menjadi hitam, atau peralatan makan menjadi panas setelah dimasukkan air panas, sebaiknya segera hentikan penggunaannya.

We use cookies to offer you a better browsing experience, analyze site traffic and personalize content. By using this site, you agree to our use of cookies. Privacy Policy